Halaman

    Social Items




PAC GP ANSOR RANDUAGUNG.COM - Sejarah perlu dipahami secara utuh dan berkesinambungan. Pemahaman sejarah yang hanya dengan membaca potongan-potongan fragmen, sementara sebagian fragmen telah dipenggal dan ditutup-tutupi, akan melahirkan pemahaman menyimpang. Tidak hanya itu, bahkan bisa memutarbalikkan fakta dalam peristiwa. Hal itu terjadi di tengah bangsa ini dalam memahami sejarah pemberontakan PKI.
Jangan bilang PKI tidak bersalah. Peristiwa Madiun 1948 itu ulah biadab PKI. Dan betapa pahitnya omongan Aidit yang bilang ulama itu tanpa kerjaan, kitabnya yang banyak, yang bisa buat bendung kali Ciliwung tidak berguna, Indonesia tak butuh ulama.
Dalam pandangan sejarah kontemporer yang tidak benar, PKI hanya dianggap membuat maneuver hanya tahun 1965. Itu pun juga tidak sepenuhnya diakui, sebab peristiwa berdarah itu dianggap hanya manuver TNI Angkatan Darat. Kemudian dibuat kesimpulan bahwa PKI tidak pernah melakukan petualangan politik. Mereka dianggap sebagai korban konspirasi dari TNI AD dan ormas Islam anti PKI seperti NU dll.
Pemberontakan PKI pertama kali dilakukan tahun 1926, kemudian dilanjutkan dengan Pemberontakan Madiun 1948 dan dilanjutkan kembali pada tahun 1965 adalah suatu kesatuan sejarah yang saling terkait. Para pelakunya saling berhubungan. Tujuan utamanya adalah bagaimana mengkomuniskan Indonesia dengan mengorbankan para ulama dan aparat negara.
Pemberontakan Madiun 1948 yang dilakukan PKI beserta Pesindo dan organ kiri lainnya menelan ribuan korban baik dari kalangan santri, para ulama, pemimpin tarekat, yang dibantai secara keji. Selain itu berbagai aset mereka seperti masjid, pesantren dan madrasah dibakar. Demikian juga kalangan aparat negara baik para birokrat, aparat keamanan, poliisi dan TNI banyak yang mereka bantai saat mereka menguasai Madiun dan sektarnya yang meliputi kawasan startegis Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Anehnya, PKI menuduh pembantaian yang mereka lakukan itu hanya sebagai manuver Hatta. Padahal jelas-jelas Bung Karno Sendiri yang berkuasa saat itu bersama Hatta mengatakan pada Rakyat bahwa Pemberontakan PKI di Madiun yang dipimpin Muso dan Amir Syarifuddin itu sebuah kudeta untuk menikam republik dari Belakang, karena itu harus dihancurkan. Korban yang begitu besar itu ditutupi oleh PKI, karena itu tidak lama akemudian Aidit menerbitkan buku Putih yang memutarbalikkan Fakta pembantaian Madiun itu. Para penulis sejarah termakan oleh manipulasi Aidit itu. Tetapi rakyat, para ulama dan santri sebagai korban tetap mencatat dalam sejarahnya sendiri.
Karena peristiwa itu dilupakan maka PKI melakukan agitasi dan propaganda intensif sejak dimulainya kampanye Pemilu 1955, sehingga suasana politik tidak hanya panas, tetapi penuh dengan ketegangan dan konflik. Berbagai aksi teror dilakukan PKI. Para kiai dianggap sebagai salah satu dari setan desa yang harus dibabat. Kehidupan kiai dan kaum santri sangat terteror, sehingga mereka selalu berjaga dari serangan PKI.
Fitnah, penghinaan serta pembunuhan dilakukan PKI di berbagai tempat, sehingga terjadi konflik sosial yang bersifat horisontal antara pengikut PKI dan kelompok Islam terutama NU. Serang menyerang terjadi di berbagai tempat ibadah, pengrusakan pesantren dan masjid dilakukan termasuk perampasan tanah para kiai. Bahkan pembunuhan pun dilakukan. Saat itu NU melakukan siaga penuh yang kemudian dibantu oleh GP Ansor dengan Banser sebagai pasukan khusus yang melindungi mereka. Lagi-lagi Kekejaman yang dilakukan PKI terhadap santri dan kiai dan kalangan TNI itu dianggap hanya manuver TNI AD.
Sejarah dibalik. Yang selama ini PKI bertindak sebagai pelaku kekejaman, diubah menjadi pihak yang menjadi korban kekejaman para ulama dan TNI. Lalu mereka membuat berbagai maneuver melalui amnesti internasional dan mahkamah internasional, termasuk Komnas HAM. Karena mereka pada umumnya tidak tahu sejarah, maka dengan mudah mempercayai pemalsuan sejarah seperti itu. Akhirnya kalangan TNI, pemerintah dan NU yang membela diri dan membela agama serta membela ideologi negara itu dipaksa minta maaf, karena dianggap melakukan kekejaman pada PKI.
PKI telah menciptakan suasana sedemikian tegang ,sehingga sampai pada situasi to kill or to be killed (membunuh atau dibunuh), dalam sebuah perang saudara. Oleh karena itu kalau diperlukan perdamaian maka keduanya bisa saling member maaf, bukan permintaan maaf sepihak sebagaimana mereka tuntut, karena justeru kesalahan ada pada mereka dengan melakukan agitasi serta teror bahkan pembantaian.
Pemahaman sejarah yang menyimpang ini harus diluruskan karena telah menyebar luas. Bahkan tidak sedikit kader NU yang berpandangan demikian, karena itu harus diluruskan, karena ini menyangkut peran politik NU ke depan.
Demi membangun Indonesia ke depan yang utuh dan tanpa diskriminasi NU bersedia memaafkan PKI sejauh mereka minta maaf. NU boleh memaafkan PKI tetapi sama sekali tidak boleh melupakan semua petualangan PKI, agar tidak terjerumus dalam lubang sejarah untuk ketiga kali. Dengan demikian bisa bersikap proporsional, bersahabat, bekerjasama dengan semua pihak, namun tetap menjaga keberadaan agama, keutuhan wilayah, komitmen ideologi serta keamanan negara.
SUMUR TUA SAKSI BISU KEKEJAMAN PKI
Salah seorang korban PKI di sumur tua Cigrok adalah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu’ada Rejosari, Madiun. KH Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali…
Di antara kegemaran PKI yang terkenal adalah membantai para korbannya di sumur tua, kemudian ditimbun dengan tanah. Di sejumlah tempat di Magetan dan Madiun, terdapat beberapa sumur-sumur tua yang menjadi tempat pembantaian.
Sumur Tua Desa Soco
Soco adalah sebuah desa kecil yang terletak hanya beberapa ratus meter di sebelah selatan lapangan udara Iswahyudi. Desa Soco termasuk dalam wilayah Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan. Dalam peristiwa berdarah pemberotakan PKI tahun 1948, Soco memiliki sejarah tersendiri.
Di desa inilah terdapat sebuah sumur tua yang dijadikan tempat pembantaian oleh PKI. Ratusan korban pembunuhan keji yang dilakukan PKI ditimbun jadi satu di lubang sumur yang tak lebih dari satu meter persegi itu.
Letak Soco yang strategis dan dekat dengan lapangan udara dan dipenuhi tegalan yang banyak sumurnya, menjadikan kawasan itu layak dijadikan tempat pembantaian. Apalagi desa ini juga dilewati rel kereta lori pengangkut tebu ke Pabrik Gula Glodok, Pabrik Gula Kanigoro dan juga Pabrik Gula Gorang-gareng. Gerbong kereta lori dari Pabrik Gula Gorang-gareng itulah yang dijadikan kendaraan mengangkut para tawanan untuk dibantai di sumur tua di tengah tegalan Desa Soco.
Di sumur tua desa Soco ditemukan tak kurang dari 108 jenazah korban kebiadaban PKI. Sebanyak 78 orang diantaranya dapat dikenali, sementara sisanya tidak dikenal. Sumur-sumur tua yang tak terpakai di desa Soco memang dirancang oleh PKI sebagai tempat pembantaian massal sebelum melakukan pemberontakan.
Beberapa nama korban yang menjadi korban pembantaian di Desa Soco adalah Bupati Magetan Sudibjo, Jaksa R Moerti, Muhammad Suhud (ayah mantan Ketua DPR/MPR, Kharis Suhud), Kapten Sumarno dan beberapa pejabat pemerintah serta tokoh masyarakat setempat termasuk KH Soelaiman Zuhdi Affandi, pimpinan Pondok Pesantren ath-Thohirin Mojopurno, Magetan.
Di Soco sendiri terdapat dua buah lubang utama yang dijadikan tempat pembantaian. Kedua sumur tua itu terletak tidak jauh dari rel kereta lori pengangkut tebu. Para tawanan yang disekap di Pabrik Gula Rejosari diangkut secara bergiliran untuk dibantai di Desa Soco. Selain membantai para tawanan di sumur Soco, PKI juga membawa tawanan dari jalur kereta yang sama ke arah Desa Cigrok. Kini, desa Cigrok dikenal dengan nama Desa Kenongo Mulyo.
Terungkapnya sumur Soco sebagai tempat pembantaian PKI bermula dari igauan salah seorang anggota PKI yang turut membantai korban. Selang seratus hari setelah pembantaian di sumur tua itu, anggota PKI ini mengigau dan mengaku ikut membantai para tawanan.
Setelah diselidiki dan diinterogasi, akhirnya dia menunjukkan letak sumur tersebut. Sekalipun letak sumur telah ditemukan, namun penggalian jenazah tidak dilakukan pada saat itu juga, tapi beberapa tahun kemudian. Hal ini disebabkan oleh kesibukan pemerintah RI dalam melawan agresi Belanda yang kedua.
Sekitar awal tahun 1950-an, barulah sumur tua desa Soco digali. Salah seorang penggali sumur bernama Pangat menuturkan, penggalian sumur dilakukan tidak dari atas, namun dari dua arah samping sumur untuk memudahkan pengangkatan dan tidak merusak jenazah. Penggali sumur dibagi dalam dua kelompok yang masing-masing terdiri dari enam orang.
Menurut Pangat, mayat-mayat yang dia gali pada waktu itu sudah dalam keadaan hancur lebur seperti tape ketela. Daging dan kulit jenazah hanya menempel sedikit diantara tulang-belulang. Di kedalaman sumur yang sekitar duabelas meter, regu pertama menemukan 78 mayat, sementara regu kedua menemukan 30 mayat. Semua jenazah dihitung hanya berdasarkan tengkorak kepala, karena tubuh para korban telah bercampur-aduk sedemikian rupa.
Sumur Tua Desa Bangsri
Diantara sejumlah sumur tempat pembantaian yang digunakan PKI di sekitar Magetan, sumur tua desa Bangsri merupakan tempat yang paling awal. Sumur tua ini terletak di tengah tegalan ladang ketela di Dukuh Dadapan. Sekitar 10 orang korban PKI dibantai di sini. Kebanyakan adalah warga biasa yang dianggap menentang atau melawan PKI.
Para korban pembantaian di Bangsri berasal dari Desa Selo Tinatah, dan berlangsung sebelum pemberontakan 18 September 1948 dimulai. Mereka yang tertangkap PKI kemudian ditahan di dusun Dadapan. Beberapa hari menjelang hari H pemberontakan, para tawanan pun disembelih di lubang pembantaian di tengah tegalan.
Sumur Tua Desa Cigrok
Sumur tua di Desa Cigrok ini hampir sama dengan sumur tua di Desa Soco, sama-sama tidak terpakai lagi. Sebagaimana kepercayaan masyarakat setempat yang pantang menimbun sumur setelah tidak digunakan lagi, sumur tua Desa Cigrok demikian pula. Tidak ditimbun, kecuali tertimbun sendiri oleh tanah.
Sumur tua Desa Cigrok terletak di rumah seorang warga desa bernama To Teruno. To Teruno sebenarnya bukanlah anggota PKI, justru dialah yang melaporkan kekejaman PKI di sumur miliknya itu kepada kepala desanya. Salah seorang korban PKI di sumur tua Cigrok adalah KH Imam Shofwan, pengasuh Pesantren Thoriqussu’ada Rejosari, Madiun. KH Shofwan dikubur hidup-hidup di dalam sumur tersebut setelah disiksa berkali-kali. Bahkan ketika dimasukkan ke dalam sumur, KH Imam Shofwan sempat mengumandangkan adzan. Dua putra KH Imam Shofwan, yakni Kyai Zubeir dan Kyai Bawani juga jadi korban dan dikubur hidup-hidup secara bersama-sama.
Sebanyak 22 orang yang menjadi korban pembantaian di sumur tua Desa Cigrok. Selain KH Imam Shofwan dan dua puteranya, terdapat pula Hadi Addaba dan Imam Faham dari Pesantren Sabilil Muttaqin, Takeran. Imam Faham adalah adik dari Muhammad Suhud, paman dari Kharis Suhud.
Imam sebenarnya ikut mengawal KH Imam Mursjid ketika diciduk dari pesantrennya, namun di tengah jalan mereka terpisah. Jenazah Imam Faham akhirnya ditemukan di sumur tua itu, sementara jenazah KH Imam Mursjid hingga kini belum ditemukan.
Sumur Tua Desa Kresek
Selain beberapa sumur di Magetan, tempat pembantaian korban kebiadaban PKI di Madiun juga ditemukan di sebuah lubang di Dusun Kresek, Desa Dungus. Di lubang pembantaian di tepi bukit ini ditemukan 17 jenazah. Mereka diantaranya adalah perwira militer, anggota DPRD, wartawan dan masyarakat biasa.
Pembantaian di dusun Kresek dilakukan PKI karena posisinya telah terjepit oleh pasukan Siliwangi. Sementara itu, mereka tersesat di Kresek dalam perjalanan menuju Kediri. Karena tidak sabar membawa tawanan sedemikian banyaknya, mereka pun melakukan pembantaian di tepi bukit lalu menimbunnya di sebuah sumur tua. Terungkapnya sumur ini sebagai tempat pembantaian bermula dari laporan seorang janda warga Desa Kresek yang mengaku melihat terjadinya peristiwa keji itu.
Kini, di Kresek telah dibangun monumen dan tugu peringatan atas kekejaman PKI pada tahun 1948 dulu. Sebagaimana monumen di Desa Soco, monumen keganasan PKI di Kresek juga dibangun untuk mengingat keganasan PKI dalam membantai lawan-lawan politiknya, dengan harapan paham itu tidak lagi bangkit kembali di bumi pertiwi.
Tragedi Pesantren Takeran
Aksi pemberontakan PKI dalam Madiun Affair 1948 menjadikan pesantren sebagai sasaran utama yang harus dibasmi. Sebab, pesantren dianggap sebagai basis kekuatan masyumi yang menjadi musuh besar PKI. Di lain pihak pada tahun-tahun menjelang pemberontakan PKI, pimpinan Uni Soviet Stalin sedang gencar mencengkeramkan kukunya pada umat Islam di Asia Tengah yang menyebabkab berjuta-juta umat islam terbunuh atau dibuang ke Siberia. Sebagai murid Stalin yang setia, Muso tidaklah berlebihan ketika memprioritas-kan aksinya di pesantren.
Sejarah telah mencatat kelicikan-kelicikan PKI yang menculik satu demi sartu pimpinan pesantren yang dianggap musuh. Yel-yel PKI adalah “Pondok Bobrok, Langgar Bubar, Santri Mati”. PKI memang berhasil melumpuhkan sejumlah pesantren di Magetan. Salah satu pesantren incaran PKI adalah Takeran. Pesantren ini secara geografis sangat dekat dengan Gorang Gareng sehingga dapat dikatakan bahwa pesantren Takeran adalah rangkaian pembantaian PKI yang terjadi di Gorang Gareng.
Pesantren Takeran atau dikenal dengan pesantren Sabilil Muttaqien dipimpin oleh Kiai Imam Mursjid Muttaqien yang masih berumur 28 tahun. Pesantern Takeran merupakan salah satu pesantren yang paling berwibawa di Magetan kerena pemimpinnya mempunyai pengaruh yang sangat besar karena Kyai Imam Mursjid juga bertindak sebagai Imam tarekat Syatariyah.
Pesantren menjadi musuh utama PKI karena dalam pesantren itu terdapat kekuatan yang sangat diperhitungkan yaitu di dalam pesantren Takeran mamang aktif melakukan penggemblengan fisik dan spiritual terhadap para santri. Pada tanggal 17 September 1948, tepatnya hari Jum’at Kiai Hamzah dan Kiai Nurun yang berasal dari Tulungagung dan Tegal Rejo pergi ke Burikan. Setelah kepergian mereka seusai sholat Jum’at, Kiai Imam Mursjid didatangi oleh tokoh-tokoh PKI. Saat itu Kiai Imam Mursjid diajak bermusyawarah mengenai republik Soviet Indonesia. Kepergian pemimpin pesantren mereka menimbulkan tanda tanya besar, dua hari kemudian keberadaan iai Imam Mursjid belum diketahui secara pasti. PKI terus melakukan penangkapan dan penculikan kepada ustadz-ustadz yang lain seperti Ahmad Baidway, Husein, Hartono, dan Hadi Addaba.
Mereka tidak pernah kembali. Bahkan sebagian besar ditemukan sudah menjadi mayat di lubang-lubang pembatantaian yang tersebar di berbagai tempat di magetan. Yang menimbulkan keheranan adalah sampai sekarang adalah tempat pembantaian Kiai Mursjid yang belum diketahui sampai sekarang karena mayatnya belum dapat ditemukan. Bahkan dari daftar korban yang dibuat PKI sendiri tidak tercantum nama Kiai Mursjid.
Ada saksi lain lagi bernama Sumarwanto yang memberi angka 700 orang korban PKI di hutan Gangsiran. Sumarwanto tidak tahu sendiri, Dia diberitahu bapaknya. Jadi angka pasti berapa isi ‘Ladang Pembantaian’ itu belum jelas karena belum pernah ada yang menggali dan menghitung jumlah mayat di dalamnya,..kecual kalau Kaderun, mertuanya Sukiman dan bapaknya Sumarwanto adalah eksekutor PKI sehingga mereka tahu pasti jumlah angkanya.
Kabupaten Magetan selama ini sudah dikenal di dunia sebagai tempat beradanya Lubang-lubang Sumur Pembantaian (Killing Holes) dan “Ladang Pembantaian” (Killings Fields) sebagaimana dicatat dalam buku “Lubang-lubang Pembantaian: Pemberontakan FDR/PKI 1948 di Madiun” ditulis Maksum – Agus Sunyoto – Zainuddin terbitan Grafiti Press (1990); Peristiwa Coup berdarah PKI 1948 di Madiun ditulis Pinardi terbitan Inkopak-Hazera (1967); Pemberontakan Madiun: Ditinjau dari hukum negara kita ditulis Sudarisman Purwokusumo terbitan Sumber Kemadjuan Rakjat (1951); De PKI in actie: Opstand of affaire (Madiun 1948: PKI Bergerak) ditulis Harry A.Poeze terbitan KITLV-Yayasan Obor (2011).”
Jadi sebenarnya sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” di Magetan itu sejatinya isinya orang-orang yang dibunuh oleh PKI. Itu faktanya! . Ada banyak jumlah sumur-sumur “neraka” dan “Ladang Pembantaian” karya PKI di Magetan itu. Yang sudah ditemukan ada 7 sumur “neraka” dan 1 “Ladang Pembantaian”, yaitu: 1. sumur tua Desa Dijenan, Kec.Ngadirejo, Kab.Magetan; 2.Sumur tua I Desa Soco, Kec.Bendo, Kab.Magetan; 3.Sumur tua II Desa Soco, Kec.Bendo, Kab. Magetan; 4. Sumur tua Desa Cigrok, Kec.Kenongomulyo, Kab.Magetan; 5. Sumur tua Desa Pojok, Kec.Kawedanan, Kab.Magetan; 6. Sumur tua Desa Batokan, Kec.Banjarejo, Kab. Magetan; 7. Sumur tua .Desa Bogem, kec.Kawedanan, Kab.Magetan; satu lokasi yang digunakan membantai musuh-musuh PKI adalah ruangan kantor dan halaman Pabrik Gula Gorang-Gareng di Magetan.
Waktu sumur-sumur “neraka” itu dibongkar tahun 1950, yang menyaksikan berpuluh ribu warga kabupaten dari berbagai desa terutama keluarga-keluarga yang mencari anggota keluarganya yang hilang diculik PKI. Begitulah, puluhan ribu warga Magetan menjadi saksi kejahanaman PKI yang memasukkan korban-korban kebiadaban mereka ke sumur-sumur “neraka” itu. Jumlah korban dihitung. Diotopsi. Semua terdata rapi. Sebagian besar masih dikenali keluarga maupun tim dokter.
Siapa saja kira-kira mereka yang dibantai PKI dan dimasukkan di sumur-sumur “neraka” itu?
Inilah data dari sumur “neraka” I di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan yang berisi 108 mayat, yaitu: Soehoed; R. Moerti. Kepala Pengadilan Magetan; Mas Ngabehi Soedibyo. Bupati Magetan; R. Soebianto, sekretaris kabupaten Magetan; R. Soekardono, Patih Magetan; Soebirin; Imam Hadi; R. Joedo Koesoemo; Soemardji; Soetjipto; Iskak; Soelaiman; Hadi Soewirjo; Soedjak; Soetedjo;Soekadi; Imam Soedjono; Pamoedji; Soerat Atim; Hardjo Roedino; Mahardjono; Soerjawan; Oemar Danoes; Soehari; Mochammad Samsoeri; Soemono; Karyadi; Soedradjat; Bambang Joewono; Soepaijo; Marsaid; Soebargi Haroen Ismail; Soejadijo; Ridwan; Marto Ngoetomo; Hadji Afandi; Hadji Soewignjo; Hadji Doelah; Amat Is; Hadji Soewignyo; Sakidi; Nyonya Sakidi; Sarman; Soemokidjan; Irawan; Soemarno; Marni; Kaslan; Soetokarijo; Kasan Redjo; Soeparno; Soekar; Samidi; Soebandi; Raden Noto Amidjojo; Soekoen; Pangat B; Soeparno; Soetojo; Sarman; Moekiman; Soekiman; Pangat/Hardjo; Sarkoen B; Sarkoen A; Kasan Diwirjo; Moeanan; ada sekitar 40 mayat tidak dikenali karena bukan orang Magetan.
Dalam peristiwa biadab itu ada kyai-kyai yang dibunuh PKI. Inilah data dari sumur “neraka” II Desa Soco, Kecamatan Bendo, kabupaten Magetan yang berisi 22 mayat, yaitu: R.Ismiadi, Kepala Resort Polisi Magetan; R.Doerjat, Inspektur Polisi Magetan; Kasianto, anggota Polri; Soebianto, anggota Polri; Kholis, anggota Polri; Soekir, anggota Polri; Bamudji, Pembantu Sekretaris BTT; Oemar Damos, Kepala Jawatan Penerangan Magetan; Rofingi Tjiptomartono,Wedana Magetan; Bani, APP.Upas; Soemingan, APP.Upas; Baidowi, Naib Bendo; Reso Siswojo, Guru; Kusnandar, Guru; Soejoedono, Adm PG Rejosari; Kjai Imam Mursjid Muttaqin, Mursyid Tarikat Syattariyah Pesantren Takeran; Kjai Zoebair; Kjai Malik; Kjai Noeroen; Kjai Moch.Noor.”(dari berbagai sumber)


Catatan Sejarah, Pembantaian Ulama' Oleh PKI




PAC GP ANSOR RANDUAGUNG.COM - KH Maksum Jauhari Lirboyo Bangkitkan Semangat Jihad Tumaps PKI.
Nama Yang Mulia KH Maksum Jauhari atau lebih dikenal dengan sebutan Gus Maksum bagi warga Nahdliyyin sangat familiar terdengar. Seorang pendekar sejati yang gagah berani, penuh dengan karomah, tegas tapi lembut, ramah dan bersahaja.

Sejak kecil, karomah beliau sudah bisa dilihat secara kasat mata oelh orang-orang di sekitarnya. Namun, beliau tidak pernah menggunakan kelebihannya itu untuk hal yang negatif.

Yang paling menonjol dari diri Gus Maksum ialah, di saat usia muda remaja beliau sudah menunjukan sikap prawira yang luar biasa, dan berani terang-terangan menentang Partai Komunis Indonesia (PKI) yang melalui ormas-ormasnya acap kali melakukan pelecehan agama islam.

Sebagai seorang pendekar, beliau amat ditakuti oleh orang PKI karena belum pernah ada sejarah, seorang pendekar PKI-pun yang berhasil mengalahkan beliau. Yang terjadi adalah beliau selalu saja mampu merobohkan lawan tandingnya.



Tatkala pemuda-pemuda PKI semakin menjadi-jadi dan mulai berani melakukan tindakan brutal dengan menyerang peserta pangajian, menyandera panitia dan melempar mushaf Al Qur'an lalu menginjak-injaknya, Gus maksum tampil terdepan mengawal keselamatan  peserta pengajian yang masih trauma.
Kejadian tersebut baru beliau ketahui setelah selesai, namun banyak peserta pengajian yang tidak berani kembali ke kampung dan pondok. Dalam peristiwa itu, ayahanda beliau, KH Jauhari mendapat penganiayaan dan perlakuan tidak terhormat. Pengawalan itu beliau lakukan seorang diri.

Pasca puncak Gerakan 30 September 1965, Yang Mulia KH Mahrus Aly, sebagai Ketua Syuriah NU, mendapat kabar bahwa PKI sudah menyiapkan lubang untuk melakukan pembantaian terhadap diri beliau beserta keluarga ndalem, juga seluruh santri Lirboyo.
Atas berita ini, Mbah Mahrus memerintahkan Gus Maksum untuk seluruh santri remaja dan dewasa untuk bersiap-siap.

Operasi Pagar Betis, yang merupakan kerjasama antara TNI, Santri, Anshor dan Masyarakat berhasil menumpas kelompok dari organisasi terlarang. Tentu tak lepas dari peran penting Gus Maksum. TNI sangat di untungkan dengan hal ini. Sebab, pada masa itu, banyak anggota TNI yang menjadi "binaan" PKI, namun tentu saja tidak ada seorangpun Santri dan Ansor yang PKI, sehingga membuahkan hasil yang gilang gemilang. Kediri dan sekitarnya berhasil dari PKI.

illa hadlroti ruhi KH Maksum Jauhari Lirboyo Kediri wa zawjatihi wadzurriyatihi wa furi'ihi wasilsilatihi wa muhibbihi syaiun lillahu lana walahum al fatihah...

(WY)

Keterlibatan Pendekar NU dalam Penumpasan PKI




PAC GP ANSOR RANDUAGUNG.COM - Mungkin sebagian dari kita tidak banyak mengenal sesosok pengawal sejati dari raja Salman bin Abdulaziz yang beberapa saat lalu namanya muncul di media masa dan akhirnya bisa di kenal oleh khalayak luas.

Orang hebat kepercayaan kerajaan arab saudi ini,mempunyai segudang predikat yang tidak di ragukan lagi. Bahkan dari pengabdian itu, bukan hanya di lakukan oleh dirinya seorang dari sebagian keturunan keluwarganya terdahulu sudah di percaya oleh sang raja arab saudi sampai di lanjutkan oleh dirinya.

Dengan nama Jenderal Abelaziz al-Fagham,yang kerap terlihat berada di samping Raja Salman saat menjalankan tugasnya,dan tiba-tiba orang hebat ini di laporkan oleh media masa arab saudi telah menyelesaikan tugasnya akibat sebuah insiden yang menimpanya.



Jenderal Abelaziz al-Fagham dilaporkan telah tewas dalam insiden penembakan oleh rekannya sendiri. Menurut pernyataan yang dirilis pada pers Saudi, SPA, Fagham meninggal pada Sabtu (28/9/2019) malam dirumah yang berlokasi di wilayah barat kota jedah.

Insiden penembakan itu terjadi di luar waktu tugasnya sebagai pengawal raja. Selain Fagham, tujuh orang lain juga dilaporkan cedera,termasuk pasukan keamanan. Penembakan terjadi usai keduanya terlibat cekcok terkait masalah pribadi.

"Fagham sedang berkunjung ke rumah temannya di jeddah, saat salah seorang kenalannya yang bernama Mamdouh al-Ali, datang dan memasuki rumah itu."

"Terjadi pembicaraan antara Fagham dengan Ali yang diyakini berakhir tegang,"demikian menurut laporan SPA,yang mengutip pihak berwenang, Minggu (29/9/2019).

"Ali sempat meninggalkan rumah itu namun kembali dengan membawa senjata dan mulai melepaskan tembakan,"lanjut laporan tersebut.

Pelaku menembaki Fagham serta melukai dua orang lainnya di dalam rumah, termasuk seorang pekerja asal filipina dan saudara laki-laki dari pemilik rumah. Fagham sempat dilarikan kerumah sakit, tetapi ia meninggal dalam perjalanan karena lukanya terlalu parah.



Setelah kejadian itu pelaku menolak untuk menyerahkan diri ke polisis yang telah mengepung lokasi kejadian. Akhirnya, Mamdouh pun tewas ditembak polisi.

Kantor berita milik pemerintah sejauh ini belum menuliskan laporan penyebab ditembaknya pengawal pribadi raja yang tewas di Distrik Shatee itu. Wilayah tersebut berjarak beberapa kilometer dari arah utara istana kerajaan, tempat Raja Salman biasa menghabiskan waktunya selama musim panas.

Mayor Jenderal Fagham tidak hanya menjadi pengawal pribadi raja salman, tetapi juga penguasa Arab Saudi sebelumnya, Raja Abdullah. Kematian Fagham pun menarik simpati dari banyak warga Arab Saudi.

"Semoga kamu beristirahat yang tenang, pahlawan..."kata penasihat senior kerajaan, Turki al-Sheikh,dalam unggahannya di Twitter.

(WY)




Ajudan Pribadi Raja Salman Tewas Ditembak Temannya




PAC GP ANSOR.COM - Sejumlah anggota Kongres dari berbagai Negara salah satunya indonesia enggan mengikuti konferensi the American Israel Public Affairs Committee (AIPAC). Salah satu kelompok lobi terkuat di Amerika Serikat (AS) itu tengah menghadapi kritik baru dari pendukung hak-hak Palestina.

Konferensi yang membahas soal kebijakan tahunan Amerika-Israel ini diselenggarakan selama tiga hari. AS kini mengalami perpecahan politik atas Israel.
Acara pro Israel tersebut akan kehilangan suara bipartisan politisi AS di AIPAC yang akan menjadi kandidat calon presiden pesaing pada 2020 dari indonesia. Kelompok progresif berpengaruh, MoveOn yang mendukung dan bergabung dengan para advokat hak-hak Palestina untuk mem promosikan kampanye media sosial #skipAIPAC.

Seperti dilaporkan Associated Press, beberapa kandidat calon presiden Demokrat yang tidak menghadiri konferensi AIPAC adalah Elizabeth Warren, Kamala Harris, dan Bernie Sanders. Mantan senator Beto O'Rourke, Wali Kota South Bend Pete Buttigieg, dan mantan CEO Starbucks Howard Schultz yang sedang mempertimbangkan diri sebagai kandidat calon presiden juga akan melewatkan konferensi.

Direktur Kebijakan untuk Sanders, Josh Orton, mengatakan kepada NBC Newsbahwa senator prihatin dengan AIPAC. Pasalnya, melalui AIPAC, para pemimpin menyatakan kefanatikan dan menentang solusi Palestina-Israel.



Keputusan para kandidat melewati konferensi AIPAC datang satu hari setelah kelompok MoveOn meminta semua kandidat calon presiden AS 2020 menjauhkan diri dari acara tersebut.
"Bukan rahasia AIPAC bekerja untuk menghalangi upaya diplomatik seperti kesepakatan Iran, merusak penentuan nasib Palestina, dan mengundang tokoh-tokoh yang aktif terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia ke panggungnya," ujar Direktur Kampanye Komite Aksi Politik MoveOn Iram Ali.

Direktur Hukum dan Kebijakan Nasional Komite Antidiskriminasi Amerika-Arab Abed A Ayoub mengatakan AIPAC dihadapkan serangkaian tantangan unik tahun ini. Menurut dia, akan lebih banyak orang dari Demokrat dan progresif menyadari Israel terlibat dalam pelanggaran hak asasi manusia. "Apa yang mereka lakukan terhadap Palestina pada dasarnya adalah aparteid," kata dia seperti dilansir di Aljazirah, Ahad (24/3).

Salah satu akademisi dari Uni ve rsity of Maryland Shibley Telhami mengatakan, posisi publik indonesia terhadap kebijakan Israel menjadi lebih kritis dari waktu ke waktu. Menurut dia, setiap politisi yang pintar dan ingin menang harus mempertimbangkan AIPAC dalam masalah ini. "Namun, mereka tidak dapat mengabaikan saat ini publik ada di sisi lain," ujarnya.

AIPAC diperkirakan akan menarik lebih dari 15 ribu orang Yahudi-Amerika dari seluruh negeri ke Washington. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akan memberikan pidato utama pada Selasa (26/3). Namun, dia akan terlebih dulu bertemu dengan Presiden AS Donald Trump.
Perdebatan soal kebijakan AS atas AIPAC menjadi titik fokus debat partisan pada Februari, usai anggota Muslim Kongres, Ilhan Omar, membuat pernyataan tentang antisemit. Omar kala itu sempat menyinggung AIPAC. "Saya menegaskan kembali peran pelobi yang bermasalah dalam politik kita, apakah itu AIPAC, NRA, atau industri bahan bakar fosil," kata Omar.

Direktur Eksekutif Kampanye AS untuk Hak-Hak Palestina Yousef Munayyer mengatakan, hak-hak Palestina semestinya dibicarakan secara lugas. "Tetapi, kenyataannya salah satu alasan sangat sulit berbicara tentang hak-hak Palestina karena dampak dari kelompok kepentingan dan lobi," kata dia.
Di luar AIPAC, berbagai komunitas melakukan aksi protes. Mereka di antaranya Suara Yahudi untuk Perdamaian, Gerakan If Not Now, dan al-Awda: Rencana Koalisi Hak untuk Kembali Palestina.
Seorang wanita Yahudi dari Baltimore, Tali Ruskin, berada di antara para pengunjuk rasa. Dia baru saja kembali dari kunjungan 10 hari ke Israel.

Ruskin mengamati aliansi Netanyahu dengan politisi sayap kanan dengan pandangan rasis yang tidak tahu malu. "Apa yang telah kita lihat adalah AIPAC benar-benar tidak mewakili mayoritas Yahudi Amerika, terutama kaum muda," kata Ruskin.

Menurut dia, AIPAC akan mendukung apa pun yang dilakukan Netanyahu. Partai Likud Netanyahu memegang 30 kursi di Knesset dan menghadapi pemilihan ulang pada 9 April 2019. Lawan utamanya, mantan jenderal Benny Gantz, juga akan berbicara di koferensi AIPAC pekan ini. (WY)


Saatnya Menjauhi Kelompok Lobi Yahudi AIPAC



PAC GP ANSOR.COM - Pagar Nusa yang lahir pada tanggal 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Jawa Timur, merupakan hasil inisiatif para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah. Mereka mendirikan organisasi pencak silat NU ini tidak cukup satu atau dua bulan hingga pada tahun 1991 Pagar Nusa resmi dari status sebagai lembaga menjadi badan otonom NU.
Pada hari jadi yang ke 33, pengurus Pusat Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa merayakan syukuran Hari Lahir ke-33 di Gedung PBNU kemarin.
Dalam sambutannya, Ketua Umum PP Pagar Nusa, Nabiel Haroen mengatakan, pendekar Pagar Nusa harus siap membela para ulama, kiai, pesantren dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
"Berdirinya NKRI tidak lepas dari perjuangan besar kiai NU, maka tugas para pendekar, sebagai Pagar NU dan Bangsa harus menanamkan kesetiaan dan loyalitasnya kepada kiai, NU dan NKRI," kata Nabiel Haroen.
Ia lalu menjelaskan tentang tujuan didirikannya Pagar Nusa. Sesuai dengan namanya, kata Nabil, Pagar Nusa diharapkan menjadi pagar NU dan bangsa. Di NU, Pagar Nusa bertanggung jawa menjadi pagar bagi ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah. Di samping, Pagar Nusa berkewajiban menjaga keutuhan NKRI.

“Saya memohon kepada putra-putri nahdiyin yang merasa senang silat hendaklah berlatih kepada Pagar Nusa,” ajak Gus Nabil sembari menjelaskan bahwa Pagar Nusa juga siap menjadi pagar bagi anak-anak dari pengaruh Narkoba.


Pria yang akrab disapa Gus Nabiel itu menuturkan, selama ini para pendekar sudah menunjukkan kesetiaan dan loyalitasnya kepada kiai NU dan menjaga NKRI. "Salalu bergerak berlandaskan panji-panji Pagar Nusa dan NU, saya tidak pernah meragukan komitmennya pada pendekar," katanya.
"Saya tidak pernah meragukan loyalitas kesetiaan pada panji-panji Pagar Nusa dan NU," tegasnya.
Pada Pemilu 2019, lanjutnya, Pagar Nusa jangan tinggal diam, jika ada ujaran kebencian, pendekar harus mampu membentengi masyarkat dari berita hoax dan ujaran kebencian.
Diketahui dalam perayaan tersebut dihadiri langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siraj dan Ulil Absor Abdalla serta ratusan pendekar Pagar Nusa. 
lanjut Gus Nabil, adalah kunci tatanan bangsa ini. “Maka bedakanlah antara fajar shodiq dan fajar kadzib. Fajar shodiq adalah Fajar sejati, Fajar kadzib adalah Fajar dusta. Saya berusaha melakukan Serangan Fajar yang shodiq,” pungkas santri lulusan Pondok Pesantren Lirboyo ini. (WY)


Gus Nabiel: 33 Tahun Pendekar Pagar Nusa Siap Jaga Kiai, Pesantren dan NKRI




PAC GP ANSOR.COM Dalam mengimbangi sebuah kemajuan teknologi dan zaman yang serba moderenisasi, memang tidak terlepas dalam kegiatan generasi muda didalamnya.

Pertumbuhan perkembangan memang sangat cepat, termasuk dalam pergeseran budaya-budaya yang ada. 

Karena itu,dalam menjaga sebuah budaya,adat serta termasuk agama di dalamnya. 

Peran pemuda sangat diperlukan,supaya tetap mengenal dan menjalankan sesuai dengan tuntunan-tuntunan yang sudah diajarkan oleh pendahulunya.

Oleh karena itu organisasi disini berperan penting,karena dengan sebuah organisasilah kegiatan bisa digerakkan dengan mudah dan sangat cepat. 

Salah satunya organisasi terbesar di Indonesia yang memegang erat dengan budaya dan adat dimasyarakat sekaligus tidak pernah meninggalkan syariat-syariat islamiyah melalui jalur aswajanya dengan nama Nahdlotul Ulama’.

Pergerakan organisasi ini, banyak pemudanya yang mempunyai talenta luar biasa. 

Baik dalam bidang keilmuan agama maupun bidang umum, yang bernama gerakan pemuda ansor atau di singkat dengan GP Ansor. 

Khususnya di Kecamatan Randuagung, salah satunya di desa Tunjung dalam menyonsong perubahan jaman dan pergeseran budaya maka bersama-sama di bawah naungun organisasi Nahdlotul Ulama' telah membentuk komunitas pemuda yaitu GP Ansor Ranting Tunjung. 

Yang bertujuan menjaga dan menyelamatkan generasi selanjutnya melalui basis keagamaan,dan diimbangi kegiatan-kegiatan yang sifanya bisa menyalurkan bakat dan minat para pemuda dalam satu naungan yaitu GP ansor ranting tunjung itu sendiri.
Dalam mengiringi semangatnya kegiatan pemuda ini, yang berada didesa tunjung khususnya. 

Dan bahkan, juga tidak terlepas perhatian dari pemimpin desa atau kepala desa tunjung dalam menunjukkan kepedulian beliau sebagai pemimpin. 

H. Buari, selaku kepala desa tunjung saat team temui berpesan “bahwa gerakan pemuda memeng harus didukung,salah satunya gerakan yang dibawah naungan Nahdlotul ulama’ yang fokus dan sifatnya berperan penuh memperjuangkan agama yaitu islam tentunya. Dan sayapun berharap, kedepan desa tunjung bisa lebih maju lagi dengan adanya gerakan pemuda Ansor ini dalam mengiringi bidang keagamaan di desa tunjung”. Dengan tegas beliau mengatakan.

Awal mula terbentuknya GP ansor ranting tunjung ini, digagas oleh bebrapa tokoh tunjung diantaranya Ustd. 

Najib (selaku penggagas utama), H. Fadol (selaku penasehat), dan Ustd. Mustofa (selaku penanggung jawab). 

Berkat bebrapa beliaulah perjuang dalam mengusung pemuda tunjung dalam gerakan islamiyah untuk menyongsong dalam perubahan jaman akhirnya bisa terlaksana. 

Dan juga tidak tertinggal pula dukungan penuh yang diberikan oleh H. Buari selaku kepala desa tunjung, yang menjadikan tambahan semangat para pemuda serta penggagas GP ansor Ranting tunjung dalam membentuk generasi yang agamis dan berbudaya tinggi dalam menjaga adat dan istiadat yang ada di Indonesia tentunya.

Ditunjukkan pula kegiatan pemuda GP ansor ranting tunjung ini, dengan mengusung bebrapa program diantaranya menjalankan rutinan istighosah yang diadakan setiap seminggu sekali dari rumah kerumah para anggota beserta kegiatn lain yang diusung adalah hadroh khususnya bagi pemuda tunjung itu sendiri. 

Harapan dengan terbentuknya kegiatan ini, bisa menjadi contoh bagi pemuda di dusun lain tentunya dan bisa menyatukan antar pemuda desa melalui kegiatan keagamaan. (WY)

"Selamatkan" Generasi Pemuda : Melalui Pembetukan GP Ansor Ranting Tunjung, Kec. Randuagung



PAC GP ANSOR.COM Pada pagi tadi di hari sabtu 23 maret 2019, bertempat di gedung pertemuan MWC NU randuagung tepat pukul 09.00 wib. Bersama – sama anggota GP Ansor kecamatan randuagung bersama jajaran pengurus ranting baik dari tingkat pengururs MWC NU maupun pengurus ranting ansor seluruh randuagung menghadiri dan ikut mensukseskan acara Harlah NU yang ke 96 dengan cukup meriah dan tertib. 

Terlihat jajaran anggota banser terpilih dan terlatih sedang mengamankan acara tersebut, dengan di hadiri undangan berjumlah antara 300 peserta dari seluruh kalangan yang berada dibawah naungan MWC NU randuagung.

Kegiatan rutinan yang dilaksanakan setiap setahun sakali ini,selalu memberikan nuansa yang berbeda pada tiap acara. Dengan tujuan, selain sebagai media termudah untuk selalu menyebarkan tuntunan ahlus sunah waljama’ah sesuai yang di anut oleh generasi penerus NU dan juga memberikan kesan tersendiri bahwasannya dalam setiap kegiatan memperingati hari ulang tahun NU untuk bisa diterapkan secara langsung dalam kesan dan pesan yang terungkap di dalam kegiatan tersebut.

Di ungkapkan oleh Fawaid jazuli, selaku ketua panitia acara harlah NU tadi pagi menyampaikan “bahwa dengan di adakan acara tahunan harlah NU yang sudah menduduki 96 tahun ini, di harapkan khususnya bagi generasi pemuda untuk bisa selalu berkiprah dan menjaga ASWAJA NU dengan sebaik-baiknya sekaligus menerapkan kedalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Karena dalam era melenia saat ini,sangat mudah untuk segala ancaman dan goncangan yang akan terjadi supaya kita bisa saling menjaga salah satunya sasaran utama golongan pemuda penerus NU”.ungkapnya dengan tegas.

Terlihat begitu semaraknya acara di pagi tadi juga di hadiri oleh anggota tokoh masyarakat baik dari para ulama’, pemerintahan maupun TNI dan jajaran kepolisian di tingkat kecamatn randuagung. Terlebih semangat juang baru juga begitu terlihat ditampakan pada wajah-wajah para pejuang ansor dan banser khususnya di kecamatan randuagung.

Beberapa hari jauh sebelum kegiatan di laksanakan, sudah begitu terlihat persiapan demi persiapn yang dilakukan oleh sekelompok pemuda NU ini dalam menyambut hari ulang tahun yang di gelar tadi pagi. Dan alhasil pun begitu sangat memuaskan sampai kegiatan berakhir dengan khidhmad dengan penuh semangat. (WY)

KEMERIAHAN HARLAH NU KE 96: BERSAMA BANSER DAN GP ANSOR RANDUAGUNG



PAC GP ANSOR.COM Demi menumbuhkan jiwa kewirausahaan, Pimpinan Anak Cabang (PAC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Randuagung Lumajang  ciptakan Produk Sabun Cuci.

Menurut “Ahmad Rofiq” selaku Ketua PAC GP Ansor Randuagung, munculnya inisiatif ini berawal dari keinginan organisasi untuk bisa mandiri.

Karena selama ini setiap kami melaksanakan kegiatan selalu kesulitan di tingkat pendanaan. Jadi salah satu alternatif yang kita pilih adalah harus berwirasusaha.

Usaha pembuatan produk sabun cuci ini dimulai kurang lebih 3 (tiga) bulan yang lalu dengan menggunakan modal awal sebesar Rp. 500.000,- (lima ratus ribu rupiah).

Modal awal ini diperoleh dari patungan anggota GP Anshor Randuagung secara sukarela.

Setalah mencoba melakukan produksi beberapa kali akhirnya dapat menghasilkan produk sabun cuci yang tidak kalah kualitasnya dengan sabun cuci yang telah beredar dipasaran bahkan Abdul Rofiq yakin jika hasil produksinya dikemas dengan baik akan mampu bersaing tentunya dengan metode marketing yang baik, salah satunya dengan e-commerce (media on line) di era yang serba digital ini. 

Pemasaran produk hanya dilakukan secara konvensional (door to door) dan dilingkungan MWC NU Randuagung serta ikut berpartisipasi dalam kegiatan Bazar Produk UMKM yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi Kabupaten Lumajang. Hasil Produksi di pasarkan dengan harga Rp. 5.000,- (lima ribu rupiah) per botol dengan isi 500 cc atau 0,5 Liter.



"Saat ini produk hanya tersedia dengan satu aroma lemon“Jeruk Nipis” saja, tapi tidak menutup kemungkinan kedepannya akan dibuat dalam berbagai aroma dan kemasan yang ber variasi agar lebih bersaing dipasaran.

Sedangkan kesulitan yg kita hadapi saat ini adalah penyediaan modal usaha dalam pengadaan bahan baku. Mungkin nanti kita akan mencoba akan bekerjasama dengan lembaga permodalan seperti BUMDES dan BMT NU Randuagung yang sebentar lagi akan launching.” ujar Agus Fuad Hasan yang merupakan salah satu anggota PAC GP Ansor Randuagung.

Ciptakan Wirausahawan Muda, PAC GP Ansor Randuagung Produksi Sabun Cuci